Rabu, 29 April 2015

Bukannya Melow, Cuma Bangga Memiliki Kebersamaan

Kami datang dari latar belakang yang berbeda
Tersebar dari ujung Hulu sampai batas Kotabaru
Tak terbatas ras, suku dan keyakinan
Mulai dari Batak, Dayak, Dayak Arab, Arab Banjar, Banjar Negro, Banjar asli, suku perbatasan, Jawa asli, Jawa Kw, sampai keturunan asli Tionghowa dan yang kesindiran Cina
Kami semua dikumpulkan dalam satu kesempatan
Kesempatan untuk tidak hanya berbagi suka
Namun juga saling memberikan tawa saat menyimpan duka
Kesempatan untuk memiliki sebuah perjalanan
Dengan hiruk pikuk ceritanya
Dengan semua seluk beluk permasalahannya
Dimana nantinya akan jadi kebanggaan bagi setiap dari diri kami
Melebihi kedekatan dengan keluarga? Hal itu tidak berlebihan
Karena bersendawa tanpa gengsi di depan sepupu pun mungkin tidak dilakukan
Kentut dengan senang hati dan diikuti gelak tawa, itu mungkin tidak terjadi saat bergumul dengan sanak keluarga
Dari berkumpul di warung yang memiliki jalan semut didindingnya, bahkan tikus mati dibawah meja
Lalu berpindah ke rumah kontrakan sederhana berkamar 2, tapi berisikan 10 orang lebih di dalamnya
Sampai sebuah meja yang difungsikan sebagai kursi, menjadi tempat legendaris
Dimana waktu sebagai pengangguran sangat dinikmati
Sebuah bukit yang kami sebut gunung Alam pertama yang kami nikmati bersama
Setelah bukit lalu berbelok ke pantai
Perjalanan dari sore sampai sore yang menjatuhkan 6 orang
Dan syukurnya, saat ada yang jatuh pun masih bisa memberikan tawa
Dari pantai kami melancong ke pulau seberang
Tempat dimana 1 motor 3 orang itu hal yang menyenangkan
Tempat dimana nyasar bisa membuat kami bersenda gurau
Tempat yang paling banyak menghabiskan waktu kami untuk bersama-sama secara utuh
Selesai perjalanan dengan ongkos yang menguras
Kami kembali menyeberang menikmati kebersamaan
Diatas bukit dengan hamparan air dihadapannya
Tidak ada korban jatuh kala itu
Setelah terbiasa dengan semua kebersamaan Titik balik pun semakin dekat
Dimana tujuan awal kami bersama akan tercapai
Meraih cita untuk merampungkan asa
Fase seperti ini memang harus terjadi
Fase dimana kelak kami akan berjalan masing-masing
Fase dimana waktu untuk membicarakan aib masing-masing harus berkurang, bahkan mungkin hilang
Pada akhirnya
Semua momen dan hingar bingar obrolan kami pun hanya menjadi pengantar tidur
Semua cerita gelak tawa akan menjadi sesuatu yang bisa kapan saja dikenang
Dan hasil kebersamaan yang menghasilkan persahabatan
Akan menjadi kebanggaan
Layaknya caption klasik para bijaksana
“Dan pada akhirnya, sahabat satu persatu akan pergi
Entah untuk cita-cita, cerita cinta, ataupun kemajuan diri
Tapi satu hal yang pasti
Sejauh apapun kalian pergi, kalian tetap harta terbaik
Yang selalu dihati dan tetap dinantikan hingga pulang kembali”

Kamis, 27 November 2014

Semoga Puitis...

Seperti matahari yang memutuskan untuk terbit
Dia tau bahwa butuh 12 jam untuk bisa kembali terbenam
Seperti jarum jam yang selalu berdetak ke kanan
Dan mustahil baginya untuk berdetak ke arah berlawanan
Layaknya aku, dan kamu
Yang pada masanya pernah menjadi Kita
Masa dimana ruang gerak interaksi ke dunia luar masih terbatas
Masa dimana ring back tone masih sering memanjakan telinga
Masa dimana harga BBm tidak menjadi masalah
Maka biarkanlah...
Biarkan semua masa itu berada pada tempatnya
Tanpa harus berharap, apalagi untuk memaksa
Maka biarkanlah...
Matahari dan jarum jam melaksanakan kodratnya
Meski aku, dan mungkin juga kamu tidak mengehendaki kodrat itu
Dan setelah ini
Tanpa berharap apalagi memaksa akan masa itu untuk waktu sekarang
Tapi berharap masa itu untuk waktu dan kehidupan yang lain

Selasa, 30 September 2014

Ceritanya Mahasiswa, yang Bisa Melakukan Apa Saja

25 Januari 2014, tanggal itu menjadi hari besar bagi gua, dan mungkin juga bagi teman-teman satu angkatan gua di kampus, lebih tepatnya dua angkatan. Disini gua mau ngemulainya dari sekitar satu tahun yang lalu, selain buat lebih memperjelas tulisan ini juga buat ngebanyakin halamannya.
Oke. Alkisah, semua tekanan, mimpi buruk, penyita liburan, penghilang ketenangan, semua itu menghasilkan pengalaman berharga dan Alhamdulillah, hasil yang memuaskan. Diawali sekitar bulan Maret 2013, saat gua memutuskan untuk ikut wawancara penerimaan anggota baru Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan di kampus gua. Disitu setiap “caleg” dipersilahkan memilih dua pilihan untuk masuk ke divisi yang diinginkan, dan disitu gua memilih divisi 5 (seni dan olahraga) dan divisi 1 (kerohanian). Kenapa gua memilih kedua divisi tersebut? Jawaban jayus nya adalah karena sesuai dengan hobi gua dibidang futsal (divisi 5) dan karena gua mau meramaikan acara-acara keagaman di kampus (divisi 1).
Satu kalimat terakhir di paragraph tadi merupakan jawaban “jayus”. Masih ada jawaban jujur kenapa gua memilih dua divisi tadi. Jawabannya simple aja, “cari aman”. Kenapakah demikian, karena menurut gua divisi tersebut adalah divisi yang paling aman, selain proker (program kerja) nya yang tidak berat, juga bisa sambil rame-ramean. Karena gua orangnya susah banget buat serius. Sesusah Nobita kalo hidup tanpa doraemon.
Setelah melalui wawancara yang tingkat ketegangannya 15%, ini sama dengan tingkat ketegangan lo kalo lupa ngesave waktu main harvest moon. Tanpa gua duga, ga tau gua mimpi apa tadi malam, yang jelas sih gua ga mimpi basah, gua masuk divisi 2, divisi yang paling dihindari mahasiswa-mahasiswa yang masih mau hidup normal sebagai mahasiswa. Sedikit gua beri penjelasan kenapa divisi 2 menjadi sangat angker, bukan angker yang jadi sponsor jersey Arema, tapi ini angker yang bener-bener ngeri.
Divisi 2, merupakan divisi dengan motto Organisasi dan Kepemimpinan. Dari namanya aja gua ga ngerti itu apaan, namun dari bisik-bisik tetangga yang masuk ke gendang telinga gua, proker-proker di divisi 2 ini sangatlah tidak mahasiswawi. Proker terbesar dari divisi ini adalah Seminar Nasional, lo semua tau kan yang namanya seminar, dipenuhi dengan formalitas tingkat Sea Games, dan tentunya ini memerlukan kepanitian yang minimal sekelas atlet taraf Asean.
Tapi mau apa lagi, mau dikata apa lagi, bubur telah menjadi nasi lagi, gua harus menerima dengan lapang dada, menyambut dengan tangan terbuka sembari berdoa agar tidak mendapatkan proker seminar nasional. Tapi koordinator gua berkehendak lain, alhasil proker seminar nasional itu jatuh tepat ke kedua telapak tangan gua. Yap, gua resmi jadi ketua seminar nasional, yang kali ini berubah menjadi Talkshow. Rusak lah niat gua sebelumnya, mau masuk Hima hanya untuk seru-seruan ngurusin event olahraga, latihan futsal bareng sama ngadain liga futsal, malah gua harus siap-siap memutar otak setara camera 360 buat ngejalanin ini acara dengan baik.
Kala itu, gua ngerasa kena karma. Gua yang dulunya begitu gak doyan rapat (gak doyan bukan berarti benci), kali ini sebagai ketua, mau ga mau gua yang harus ngajakin 70 orang lainnya buat rapat. Kenapa gua gak doyan rapat? Semua itu tentu ada alasannya, dan dari sekian banyak alasan itu gua rangkum dalam 2 poin, yakni:
1. Rapat itu sodaraan sama ribet. Gimana gak ribet, pertama rapat perlu ruangan, apalagi rapat besar, tentunya perlu ruangan besar. Rapat perlu waktu dan masih banyak alasan kedua ketiga dan seterusnya yang mewakili kenapa rapat itu ribet
2. Dalam rapat itu palingan yang ngomong cuma dari tim inti, koordinator tiap seksi, dan suara hati semua penghuni ruangan yang menyerukan untuk segeralah rapat itu berakhir. Jadi kesimpulannya, jarang ada rapat yang tingkat keefektifitasannya lebih dari 50%
Singkat cerita, setelah menghadapi semua rintangan yang berbentuk proposal, audiensi ke perusahaan dan instansi, menghadapi anggota yang kalo disuruh kerja susahnya kaya John Chena ngalahin The Rock, membuang hampir 35% momen tidur siang, mengurangi 61% tingkat mimpi indah, dan tentunya harus ngerasain karma yang gua bilang diatas, FINALLY, HAMDALAH, BARAKALLAH, proker yang awalnya kaya ngebalik gunung tangkuban perahu supaya ga lagi telungkup, berhasil terlaksana dan berjalan dengan lancer. Dengan tema “Waste Less Green Living More, bertempat di Q Mall Banjarbaru, Sabtu 25 Januari, semua jerih payah kami, mahasiswa teknik lingkungan Unlam angkatan 2011 dan 2012 terbayar lunas. Good job buat kita seluruh panitia yang sudah ngorbanin hidup normalnya sebagai mahasiswa selama kurang lebih 5 bulan. Percaya gak ada yang gak bisa kita lakuin selama kita berstatus mahasiswa, karena itu sebabnya bung Karno perlu pemuda, bukan orang-orang tua.

Sabtu, 14 Juni 2014

Masa Lalu Memang Harus Ada

Masa lalu, merupakan sesuatu yang pasti dimiliki setiap orang, tidak peduli sehebat apa orang itu sekarang, sebahagia apa mereka sekarang, dan sesukses apa dia sekarang. Semua pasti memliki keadaan dimana saat-saat itu hanya bisa diingat, dikenang, dan dirasakan, tanpa bisa mengulanginya.
Entah kenapa, masa lalu sering diidentikkan dengan keterpurukan, kekalahan, penyesalan, dan sakit hati. Hal-hal yang seperti itulah yang bagi sebagian orang membuat mereka membenci masa lalu. Keterpurukan dan segala penyesalan yang berujung menyakitkan hati, hal yang memang tidak sepatutnya diingat, dikenang bahkan untuk dirasakan kembali. Tapi tidak bisa dipungkiri, bahwa terkadang kita mengenang masa lalu dan bisa merasakannya kembali, bahkan masa yang kita benci sekalipun, dan bukan hal yang tidak mungkin, masa itu bisa menjadi indah. Dan itu yang gua alami saat menulis tulisan ini. Satu masa, yang memang sudah berkali-kali gua coba untuk tidak mengingatnya, tapi terus-menerus hadir diingatan layaknya serial film Spiderman yang selalu diulang-ulang di Tv.
Ada perbedaan dari cara gua merasakan masa lalu ini. Jika di flashback sekitar 5 tahun lalu, yang gua rasakan saat kisah ini hadir tanpa diminta ditayangin dipikiran gua adalah kekecewaan yang berujung rasa sakit. Saat itu juga gua berusaha untuk tidak mengenangnya lagi. Tapi ternyata yang gua lakuin itu salah besar, semakin lo menghindari suatu hal, semakin hal tersebut akan mendekati lo. Seperti itulah kira-kira hubungan gua dengan masa lalu itu.
Namun, rasa sakit dan kekecewaan yang dibawa oleh masa lalu itu semakin kesini semakin hilang, bahkan saat ini menjadi sesuatu yang layak untuk gua ingat. Ada kebahagiaan dimasa itu, yang mungkin tak akan bisa digantikan oleh kebahagiaan-kebahagiaan dimasa sekarang.
Kadang gua berpikir, seandainya semua masa-masa yang pernah gua alami bisa gua rekam dalam bentuk video, sehingga gua tidak perlu lagi mengingat semuanya, hanya tinggal memutar videonya, dan segala detail-detail kejadiannya bisa gua tonton dengan jelas. Karena masa lalu memang harus ada disetiap diri manusia, dan tanpa diminta, mereka akan kembali ditayangkan dipikiran kita. Maka dari itu pesan gua, bahagialah kalian yang memiliki banyak kisah dimasa lalu, karena kisah-kisah itulah yang nantinya akan mengiringi hidup lo. Mengiringi tentunya dari belakang.

Minggu, 13 April 2014

Mencari Kesegaran

Semua orang pasti pernah ngalamin kebosanan dalam menjalani sebuah hubungan. Tapi ngga tau harus ngelakuin apa dan ngomong apa.
Menurut gue, ngerasa bosan itu hal yang manusiawi. Ngerasa bosan ke pasangan juga ngga ngelanggar hak asasi doi sebagai manusia. Karena dengan ngerasa bosan lo bisa nentuin pasangan lo yang sekarang itu tulang rusuk lo yang bener-bener hilang atau cuma tulang rusuk orang lain yang udah jelas-jelas ngga muat di tubuh lo dan lo paksa-paksain biar bisa muat.
Secara ilmu apapun, kalo sudah ngerasa bosan, otomatis kadar kecocokan berkurang, tingkat keromantisan pun cenderung memudar. Simple nya, buat apa lagi hubungan yang kaya gitu dipertahanin?
Tapi, mutusin buat memutuskan hubungan itu ngga se simple chord gitar lagunya kuburan yang Cuma “b a minor c minor ke d ke c” lagi, apalagi hubungan yang sudah lo berdua dayung selama hampir sama dengan reputasi bang toyib ninggalin anak bininya. Momen yang kaya gini memang momen yang menurut gue ga dipinginin semua pasangan.
Keadaan akan makin rumit kalo pasangan lo keliatannya lagi sayang-sayangnya, dan doi terus-terusan ngewanti-ngewanti supaya lo ga bosan sama hubungan lo. Gua yakin, Cuma Hittler yang tega mutusin hubungan yang kondisinya lagi kaya gini dengan alasan sudah dilanda kebosanan.
Dan yang gua lakuin selama ini, gua meng-iya-kan semua wanti-wanti cewe gua tadi, dan berusaha sekuat tenaga kuda liar buat ngeyakanin doi kalo gua ga akan pernah bosan. Ya tentu aja sembari berharap ada sesuatu hal yang bisa ngembaliin mood gua kaya dulu lagi akan hubungan kami ini. Memang metode kaya gini bisa dibilang nyiksa diri sendiri. Tapi sumpah bro, gua lebih milih ngasih makan kucing tetangga daripada harus ngomong yang sebenarnya ke doi.
Bosannya gua ini bukan tanpa alasan, bukan karena gua bosan sama cassingnya doi atau apa lah yang berhubungan dengan jasmani, tapi alasannya mungkin lebih ke rohaninya. Gua ngerasa jenuh sama sikap doi yang menurut gue menjurus ke dalam zona sifat cabe-cabean. Dari sifat mengekangnya, ngekang disini doi lakuin secara gerilya, studi kasusnya gini:
Gua minta ijin buat ngumpul sama temen seperjuangan dulu waktu SMA, atau gua ijin ada kegiatan kampus diluar jam kuliah. Doi sih ngijinin, tapi gerak-geriknya di sms/bbm mengisyaratkan kalo dia ga seneng gua ngumpul-ngumpul atau berkegiatan di kampus, karena dipikiran doi, kalo gua ngelakuin hal diluar rumah tanpa adanya dia dibelakang jok motor gua, hal tersebut adalah hal yang tidak ada manfaatnya dan berpotensi mengeluarkan sifat “nakal” gua.
Satu pertanyaan gue, apa seperti itu yang dilakuin Ainun kepada Habibie saat si Habibie minta ijin ke luar buat meeting dengan pemilik PT.Pesawat Terbang?
Prinsip gue, gue ga mau ngekang/posesif sama dia, karena gua juga ga mau dikekang/diposesifin.
Balik lagi kepersoalan bosan.
“Jika lo ngerasa bosan, cobalah ingat bagaimana manisnya saat kencan pertama kali lo sama dDa” Seperti itu kata-kata pujangga yang sering diposting oleh warga-warga sosialita diberbagai media social. Dan gue sudah mencoba hal yang kaya gitu, jatuhnya ya sama-sama aja, rasa gue ke dia ga bisa balik sama persis kaya waktu kencan pertama gue dulu.
Saat gue nulis ini mungkin gue belum bisa ngambil keputusan, dengan alasan hati gue ga punya kumis secuil kaya Hittler. Gue masih ga tega ngebayangin gimana si doi kalo gua jujur dan ngambil satu keputusan yang gue pun ga tau gue pengen hal itu atau ngga.

Selasa, 03 September 2013

Talkshow Teknik Lingkungan UNLAM "Waste Less, Green Living More"

Talkshow himpunan mahasiswa Teknik Lingkungan merupakan kegiatan yang diselenggarakan oleh himpunan mahasiswa Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat. Kegiatan ini merupakan salah satu bentuk cerminan abdi terhadap masyarat dan kontribusi terhadap kelestarian lingkungan.
Perkembangan kehidupan di seluruh aspek merupakan perkembangan yang selalu dinamis dan menuntut perubahan yang cepat. Perkembangan ini disesuaikan dengan kebutuhan dasar manusia sehingga segala hal diupayakan agar hal tersebut terpenuhi. Kebutuhan manusia bersifat tidak terbatas dan berbanding lurus dengan angka pertumbuhan manusia itu sendiri. Indonesia merupakan negara terbesar ke-15 di dunia dengan luas 1.919.440 km2 dan jumlah penduduk sekitar 230 juta jiwa. Dewasa ini pertumbuhan penduduk khususnya di kota berjalan dengan pesat sekitar 36%, pada tahun 2020 diperkirakan jumlahnya meningkat menjadi 52% atau sebanyak 40 juta jiwa. Pesatnya pertumbuhan penduduk khususnya di kota – kota besar di Indonesia selain membawa keuntungan dengan tumbuh dan berkembangnya kota – kota menjadi pusat kegiatan ekonomi, industri, sosial dan budaya juga membawa dampak terhadap meningkatnya biaya sosial, sehingga pada akhirnya kawasan perkotaan akan sampai pada tingkat skala disekonomi (kemunduran ekonomi). Hal ini merupakan akibat terjadinya kemerosotan kualitas lingkungan hidup perkotaan yang dapat berupa kebisingan, kemacetan lalu lintas, pencemaran air, udara dan tanah, serta tumpukan sampah yang berasal dari kegiatan industri dan rumah tangga.
Sebagai contoh volume sampah di DKI Jakarta sebesar 25.650 meter kubik per hari. Komposisi sampah warga DKI Jakarta paling banyak adalah sampah organik, yaitu sebesar 65%-70% dari total sampah. Sumber timbulan sampah berasal dari sektor rumah tangga, yaitu sebesar 58%, lalu sektor komersil yaitu 15%. Menurut perkiraan dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah sampah pada tahun 2020 di 384 kota di Indonesia mencapai 80.235,87 ton tiap hari. Dari sampah yang dihasilkan tersebut diperkirakan sebesar 4,2% akan diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA), sebanyak 37,6% dibakar, dibuang ke sungai sebesar 4,9% dan tidak tertangani sekitar 53,3%. Dari sekitar 53,3% sampah yang tidak ditangani dibuang dengan cara tidak saniter. Fakta yang terlihat sehari-hari menunjukkan bahwa umumnya sampah-sampah organik dikumpulkan kemudian dibakar. Bila ini dipertahankan maka hasil pembakaran tersebut berdampak pada kerusakan lingkungan yang akhirnya berkontribusi pada pemanasan global seperti yang telah dirasakan saat ini.
Masalah sampah terjadi selain kurangnya kemampuan pemerintah daerah dalam mengelola sampah, juga disebabkan oleh kecenderungan masyarakat kota yang memiliki gaya hidup konsumtif dan kurang menerapkan gaya hidup hijau dalam kesehariannya. Seringkali masyarakat memilih untuk membeli barang dengan kemasan yang bagus tetapi sulit didaur-ulang. Upaya 3 M (Mengurangi, Menggunakan kembali, dan Mendaur-ulang) belum terlalu disadari oleh masyarakat, dan menganggap bahwa tanggung-jawab kebersihan lingkungan berada di tangan Pemerintah Kota. Padahal, jika sampah ditangani secara tepat, sampah dapat berguna dan dapat dijadikan energi alternatif dalam kehidupan sehari-hari. Dari permasalahan tersebut, demi mendukung pelestarian lingkungan menuju keselarasan sosial budaya yang berkonsep pada teknologi hijau untuk Indonesia serta efisiensi energi, perlu adanya aplikasi gaya hidup hijau dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, untuk meminimumkan atau mengurangi kesan negatif dari aktivitas manusia serta efisiensi energi, budaya 3 M (Mengurangi, Menggunakan kembali, dan Mendaur-ulang) perlu ditingkatkan dalam masyarakat.
Tujuan dari kegiatan ini adalah : 1.Untuk memberikan pemahaman mengenai gaya hidup hijau dalam kegiatan sehari-hari 2.Menerapkan gaya hidup hijau dalam mengurangi kadar penggunaan energi dalam kegiatan sehari-hari 3.Mempromosikan dan meningkatkan upaya konservasi energi dan efisiensi energi 4.Meningkatkan kesadaran akan perlunya manajemen energi dan inovasi peningkatan efisiensi energi 5.Menumbuhkan kesadaran untuk meminimkan hasil sisa aktivitas manusia dengan budaya 3 M (Mengurangi, Menggunakan kembali, dan Mendaur-ulang)
Pembicara: -Dosen Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Yogyakarta (Pendiri Bank Sampah) Bambang Suwerda -Perwakilan Energy Efficiency and Conservation Clearing House Indonesia (EECCHI) -Dosen Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat Andy Mizwar, S.T, M.Si -Aktivis Lingkungan dan pencetus Kandank Jurang Doank Dik Doank
Kegiatan talkshow ini akan dilaksanakan pada : Hari/Tanggal : Sabtu, 25 Januari 2014 Waktu : 08.00 – 14.00 Wita Tempat : Hotel Rodhita Banjarbaru

Sabtu, 03 Agustus 2013

Kejenuhan Segar

Sebentar lagi, 16 Agustus 2013, tepat 609 hari hubungan gua dengan dia, ya sebut saja “manyun” (gua juga punya panggilan sayang ke cewe gua, walaupun gua bukan anak alay yang ber ayah bunda-an).
Kenapa manyun? Jawabannya seperti kata Jokowi, “simple”. Karena doi suka menggunakan emot  dalam setiap percakapan kami via BBM atau SMS. Tidak peduli dalam kondisi dan keadaan apapun, tanpa terkecuali sesaat setelah kami jalan berdua, emot demikian selalu menghiasi setiap tulisannya. Entah emot tersebut sudah terautotext permanen di handphone nya.
Cewe gua ini sepertinya adalah salah satu dalam kategori limited edition (bahasa lainnya adalah unik, bahasa lainnya lagi adalah aneh). Kenapa gua bisa bilang doi limited edition alias unik a.k.a aneh? Sekali lagi sama kaya apa kata Jokowi, “simple”. Saking simple nya gua ga bisa ngungkapin dalam bentuk tulisan.
Doi punya hobi makan bakso, pentol kuah, dan segala macam merk mie instan. Ketiga menu yang gua sebut tadi yang selalu menghiasi setiap kami makan berdua diluar. Gua sih senang ngeliat manyun kalo lagi makan menu-menu di atas, selalu lahap, kuahnya pun tak pernah tersisa. Keadaannya sangat berlawanan kalo makan menu lain, jarang bengat doi makan selahap memakan menu favoritnya. Kalian semua mungkin ga pernah ngalamin apa yang gua alamin sama cewe gua ini, apalagi waktu nonton bioskop. Doi emang sudah jadi mahasiswi tahun ini, tapi selera film nya sangat berpunggungan dengan selera gua. Dia masih suka nonton film ber genre adventure/petualangan, lebih spesifiknya adalah film berbau dongeng.
Gua merasa paling berdosa tiap ngajak doi nonton, contohnya waktu nonton The Raid. Doi nanya The Raid itu film apaan. Kalo gua bilang yang sejujurnya, ga bakal jadi kami nonton. Gua bilang aja The Raid itu sejenis Harry Potter. Langsung aja tuh cewe gua antusias mau nonton, Karena doi suka banget sama Harry Potter.
Alhasil, sepanjang durasi 1,5 jam film berlangsung, tangan gua keram akibat dipukul-pukul si doi karena ga terima gua tipu akan kebenaran film The Raid.
Satu yang ga pernah gua ngerti sama sikap cewe gua ini, mungkin sikap ini juga tertanam pada semua cewe yang hidup di era cowo-cowo bercelana terang dan ibu-ibu berlegging macan, yaitu rentan galau. Pengen banget gua nanya sama semua cowo, apa sih ruginya kalo satu malam aja ga telponan sama cewe lo. Bagi cewe, ga telponan satu malam aja itu ibarat Hittler hidup kembali. Padahal kan setau gua telponan lama-lama itu kurang baik buat kesehatan. Tapi ya, demi tuntutan hubungan, hal itu wajib dijalani semua cowo.
Tapi dari semua keanehan dan kelimited edition-an cewe gua ini, doi tetap cewe yang ngebuat gua paling merasa nyaman dengan semua kejenuhan segarnya.